Skip to main content

Catatan Lepas Tentang Ombule_7: Meneliti Sejarah Lembata Sumbangan Masa Lalu untuk Masa Mendatang

Meneliti Sejarah Lembata: Sumbangan Masa Lalu untuk Masa Mendatang

Meneliti Sejarah Lembata: Sumbangan Masa Lalu untuk Masa Mendatang


Menurut Cicero politikus Romawi (106-43 SM), sejarah adalah guru kehidupan (“Historia Magistra Vitae”). Sementara Budaya adalah pesan, di dalamnya ada kebiasaan, adat istiadat, ritus, ritual, dan perayaan, yang ada dan hidup di setiap daerah. Oleh karena itu budaya harus dijaga dan diwariskan kepada generasi agar kehidupan semakin beradab. Omong Budaya Lembata atau Ombule kembali digelar pada Minggu malam, 24/04/2022. Diskusi Ombule episode ke tujuh ini digelar secara virtual dengan mengusung tema: "Meneliti Sejarah Lembata Sumbangan Masa Lalu untuk Masa Mendatang".  Ombule ini diinisiasi oleh Abdul Gafur salah satu anak muda Lembata berdarah Kedang yang juga adalah Pegiat Budaya Kabupaten Lembata, sejak Agustus 2021 yang lalu dengan mengusung beberapa tema. Mulai dari  pemajuan kebudayaan di mata anak muda Lembata, peran orang muda dalam ritual pesta kacang di Lewuhala(Ile Ape), kedaulatan pangan lokal, komunitas masyarakat adat, dan kali ini tentang sejarah Lembata. Diskusi ini juga menghadirkan narasumber dari berbagai pihak baik dari pihak pemerintah daerah, politisi, pemerhati budaya, dan petuah adat, yang tentunya punya kapasitas di bidangnya masing-masing. Sebagai anak muda Lembata kami berharap semoga kegiatan seperti ini terus dibuat, dengan tujuan menggali dan menghidupkan kembali budaya-budaya lokal Lewotanah Lembata, budaya yang selama ini hampir tergerus oleh zaman yang modern ini. Gafur sebagai moderator memimpin jalannya diskusi dengan baik, tidak diragukan lagi Gafur memang lihai dalam bidang ini. 

Ombule Episode 7

Foto: ig Budayalembata

Diskusi Ombule kali ini menghadirkan narasumber Bapak Thomas Ataladjar, salah satu putera Lembata-Atadei, beliau adalah penulis dan peneliti sejarah Lembata yang telah selesai menulis buku dengan judul: "Lembata dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya". Buku ini memuat sejarah datangnya nenek moyang orang Lembata hingga perjuangan mecapai otonomi daerah yang rencananya akan dilaunching pada bukan Oktober 2022 tepat di hari ulang tahun berdirinya Kabupaten Lembata.

Acara diskusi ini dibuka dengan doa berupa nyanyian adat atau oreng yang dibawakan oleh Laba Taranbala Making, putera berdarah Ile Ape. Laba melantunkan syair-syairnya dengan syahdu hingga suasana tiba-tiba berubah menjadi sakral, membuat sejumlah peserta yang hadir terpukau dan menggeleng-gelengkan kepala. Laba sedang menunjukan bahwa dirinya adalah anak muda yang tidak lupa akan budaya. Laba adalah anak muda yang beradab!

Selanjutnya Ataladjar mulai memaparkan materinya, Ia memulainya dengan membahas sepuluh tonggak sejarah Lembata sejak zaman purbakala hingga era otonomi. Sepuluh tonggak sejarah itu sebagai berikut: Sejarah Kepurbakalaan Lembata, Sejarah Asal Usul dan Migrasi Suku-suku ke Lembata , Sejarah Kebencanaan Lembata, Sejarah Masuknya Agama Wahyu di Lembata, Sejarah Masuknya Pendidikan dan Peradaban Baru di Lembata, Sejarah Kolonial dan Swapraja di Bumi Lamaholot, Sejarah Pemerintahan Lembata; Kolonial dan Pasca Kemerdekaan, Sejarah Perjuangan Rakyat Lembata, Sejarah Kebudayaan Lembata, dan Sejarah Lembata dalam Namanya. Pada point pertama tentang sejarah kepurbakalaan Ia memaparkan materi sembari menjelaskan bukti peradaban tinggi Lembata di masa nirleka atau praaksara lengkap dengan ilustrasinya. Satu diantaranya adalah situs beheng nobol di Desa Hoelea Kecamatan Kedang. Selanjutnya Ia juga mengungkaapkan asal usul nenek moyang orang Lembata. Mulai dari Yunan ke Nusantara, lalu migrasi sejunlah suku ke Lembata, baik dari Sina Jawa-Malaka, dari Luwuk, Seranggooran, Abo Muar, Kroko Puken atau Lepan Batan, serta dari Awololong ke berbagai tempat hunian baru. Nenek moyang yang mana datang membawa kebiasaan seperti gotong royong, barter, gomohing, membawa bahasa dan sistem religius atau kepercayaan, yakni Ama Lera Wula-Ina Tanah Ekan

Hadir juga Ibu Dewi Yulianti, S. IP., M. HUM, yang menjabat sebagai Pamong Budaya Direktora Perlindungan KEMENDIKBUDRISTEK. Dalam diskusi ini Pamong Budaya Ibu Dewi Yuliati mengapresiasi diskusi Ombule, dan berharap semoga diskusi ombule terus berlanjud.


Ombule Episode 3

Foto: ig Budayalembata

Di akhir diskusi Ataladjar memberikan closing statementnya yang perama, bahwa Lembata punya peradaban sejak zaman purba kala, apakah Lembata di zaman sekarang juga mampu menciptakan peradaban yang tinggi bagi generasi Lembata yang akan datang?. Kedua, Tentang muatan lokal perlu ada kesepakatan antara pemerintah daerah dan DPRD, agar penyusunan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) ada di dalam regulasi yang jelas, dan perlu dibentuk tim khusus terpadu untuk menangani penyusunannya. Ini menjadi penyataan yang menjadi tanggung jawab generasi muda Lembata saat sekarang ini, yang hampir lupa asal usul dan jati dirinya. Mengahkiri catatan sederhana ini sebagai anak muda Lewotanah Lembata saya mengajak kita semua mari mencintai budaya kita, merawat dan melestarikan budaya kita dengan cara kita masing-masing, agar hidup kita semakin beradab. Sejarah Adalah Guru Kehidupan. Salam Literasi! Salam Budaya! (*Milla Lolong)


Sedang berlangsung diskusi ombule episode-7

Foto: Dok.pribadi ML


Cuplikan Materi diskusi. Materi boleh dilihat di link ini:



https://docs.google.com/presentation/d/1sAxQvJsHameKZFoURH2tmKc8j2qKBOxD/edit?usp=drivesdk&ouid=109907114853294974705&rtpof=true&sd=true

Comments

Popular posts from this blog

ASAL MULA PESTA KACANG DI LAMAGUTE

  ASAL MULA PESTA KACANG DI LAMAGUTE Karya: Fransisco Emanuel Olaraya Witak Siswa Kelas IX SMPK. St. Pius X Lewoleba Sayembara dimulai, semua orang berusaha menebak apa nama pohon yang tumbuh di tengah kampung itu, ketika semua orang hiruk pikuk munculah salah satu pemuda dan mengacungkan tangannya, hendak menjawab sayembara itu. Ia pun diberi kesempatan untuk menjawab, dengan penuh rasa percaya diri ia melangkah ke depan berdiri di tengah namang dan berujar: “..........”. Tepatlah di sebuah perkampungan yang terletak di Pulau Solor Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur, nama kampung itu adalah Pamakayo. tumbuhlah sebuah pohon, pohon itu tinggi tak seberapa dan berkilauan daunnya. Semua warga di kampung itu tidak mengetahui nama pohon itu siapa yang menanamnya. Hanya ada satu orang saja yang mengetahui nama pohon itu, dia adalah Tuan Raja pemimpin kampung atau kepala kampung itu. Sebagai Tuan Raja, ia pun membuat sayembara untuk menebak nama pohon itu. Ia ...

RITUAL GA KLOBONG; PROSES MEMBANGKITKAN SPIRIT UNTUK MENENUN

Ket: proses memasak minyak kelapa murni Ga Klobong adalah sebuah ritual adat yang dilaksanakan sebelum aktivitas menenun sarung. Ga klobong diambil dari bahasa daerah Lamaholot-Leragere, yakni Ga yang berarti makan dan Klobong yang adalah sebutan untuk kelompok model motif yang dibagi berdasarkan garis keturunan Ibu. Kelompok yang dibagi menjadi dua bagian yakni Klobong Mori atau Motif Hidup dan Klobong Mating atau Motif Mati. Ritual adat ini diyakini sebagai proses pembersihan, penguatan diri dan penyegaran diri serta membangkitkan kembali roh untuk menenun, oleh masyarakat Leragere Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan terkhusus oleh masyarakat desa Lewoeleng. Masyarakat Lewoeleng juga yakin bahwa ritual Ga Klobong akan memperlancar segala aktivitas dan proses menenun serta sebagai momen yang membangkitkan spirit untuk menghasilkan motif tertentu yang baru dengan tekstur yang berkualitas sebagaimana yang diidealkan. Menyadari bahwa...

Kan Tidak Enak Kalau Mati KonyolBercerita Yuk!

Kan Tidak Enak Kalau Mati Konyol Bercerita Yuk! Setiap perjalanan atau pengalaman  mempunyai kisahnya atau ceritanya sendiri-sendiri, ada cerita bahagia yang membuat kita tertawa bersama, ada cerita sedih yang membuat kita muram sembari meneteskan air mata dan kehilangan semangat, tetapi mesti kuat dan berdiri lagi, ada cerita menarik lainnya yang membuat kita terharu dan terus membekas di lubuk hati.  Sebuah kisah akan ada dan terus hidup kalau diceritakan dengan baik dari waktu ke waktu. Entahlah kalimat ini diucapkan oleh siapa pada mulanya, terima kasih kepada siapa yang pertama kali mengungkapkan kalimat ini.  Pada kali ini saya akan menulis sedikit pengalaman. Suka atau tidak suka yah silahkan, yang terpenting saya berusaha menulis walaupun tidak sempurna, agar saya tidak hidup sia-sia begitu saja makan-tidur-bangun-berak-mandi-bersolek-belanja, makan dan tidur lagi. Yah sudahlah. Jangan jadi bijaksana di sini. Setiap orang mempunyai caranya masing-m...