Skip to main content

RITUAL GA KLOBONG; PROSES MEMBANGKITKAN SPIRIT UNTUK MENENUN

Ket: proses memasak minyak kelapa murni

Ga Klobong adalah sebuah ritual adat yang dilaksanakan sebelum aktivitas menenun sarung. Ga klobong diambil dari bahasa daerah Lamaholot-Leragere, yakni Ga yang berarti makan dan Klobong yang adalah sebutan untuk kelompok model motif yang dibagi berdasarkan garis keturunan Ibu. Kelompok yang dibagi menjadi dua bagian yakni Klobong Mori atau Motif Hidup dan Klobong Mating atau Motif Mati. Ritual adat ini diyakini sebagai proses pembersihan, penguatan diri dan penyegaran diri serta membangkitkan kembali roh untuk menenun, oleh masyarakat Leragere Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan terkhusus oleh masyarakat desa Lewoeleng. Masyarakat Lewoeleng juga yakin bahwa ritual Ga Klobong akan memperlancar segala aktivitas dan proses menenun serta sebagai momen yang membangkitkan spirit untuk menghasilkan motif tertentu yang baru dengan tekstur yang berkualitas sebagaimana yang diidealkan. Menyadari bahwa menenun proses sakral yang melibatkan perasaan, pikiran, budi, dan tenaga serta kemauan serta komitmen, agar dalam  menghasilkan motif yang indah, punya daya tarik, daya saing, dan punya makna filosofis. Maka ritual Ga Klobong sangat penting bagi masyarakat adat Lewoeleng, dan menjadi ritual yang dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kesepakatan bersama.

Adapun beberapa proses yang dilakukan dalam ritual Ga Klobong. Pertama tahap persiapan, di mana para ibu mulai berkumpul dan membentuk diri dalam dua kelompok yakni kelompok klobong mori dan klobong mating, pembagian ini berdasarkan motif sarung yang sudah diwariskan oleh garis keturunan ibu mereka masing-masing. Pada tahap persiapan ini para ibu mulai menyiapkan bahan berupa benang asli satu, masing-masing orang mrnyiapkan satu, bahan makanan juga dikumpulkan seperti ubi keladi, ubi kayu, pisang buah kelapa, dan beras merah, bahan-bahan ini dikumpulkan berdasarkan pembagian kelompok. Bahan lain seperti Eso Lea Ulung atau biji kayu Lea juga disiapkan.  

Kedua, pembukaan pada tahap ini dilakukan upacara adat yang disebut gwole mara wua dan pohpu mara ini diyakini sebagai proses saling memaafkan, saling menerima dan  saling berdamai sebelum upacara inti dimulai.

Ketiga, tahap menghidupkan api di depan rumah adat, tempat dilaksanakan ritual ga klobong. Api dihidupkan dengan bahan alam dari dua bilah bambu yang digosok berkali-kali atau disebut uhung ahpe, uhung ahpe dilakukan oleh dua orang laki-laki, hal ini melambangkan bentuk dukungan dan kerjasama, sebagai makluk sosial. Setelah api dihidupkan, bara api dijemput oleh istri dari dua orang laki-laki yang menghidupkan api tadi, lalu menyalakannya di tunggku. Mereka yang menyalakan api ini dari garis keturunan yang telah ditentukan sejak dulu untuk menghidupkan api. Setelah api menyala, para ibu mulai memasak ubi dan pisang yang dibawa. Kelapa yang dibawa diproses menjadi minyak kelapa asli

 Ket: Proses menghidupkan api; digesek menggunakan bilah bambu 

Keempat tahap inti, pada proses ini biji kayu dibungkus di dalam sabut kelapa dan diasapkan, kemudian para ibu dan perempuan muda lainnya berbaris untuk benu ulu atau mengukup mata pada asap api, setelah mengukup api masing-masing mencelupkan tangan pada minyak kelapa asli yang sudah dimasak dan menggosoknya pada mata masing-masing.

 Ket: Biji kayu Lea dibungkus pada sabut kelapa dan diasapkan

Sesudah menggosok mata, setiap orang mengambil makanan ubi atau pisang untuk disantap bersama-sama di luar rumah adat. Ritual adat ini diyakini untuk memperlancar aktivitas menenun. Membangkitkan semangat menenun yang nyaris pudar. Menggosok pada mata agar penglihatan menjadi terang pada saat menenun, agar tangan menjadi lancar pada saat poi mowa atau menyusun motif,  agar pinggang tidak sakit pada saat duduk menenun, agar hati menjadi bersih, tidak ada masalah baik dari dalam diri sendiri atau dari luar.

Menenun adalah sebuah proses pemurnian diri, proses sakral, dan proses menuangkan karya seni. Di mana setiap orang (perempuan) dapat mengelolah emosi, dan menuangkannya seninya melalui motif-motif yang indah. Menenun membuat orang menemukan menemukakan karakter dan jati diri mereka. Menenun; menjaga tradisi merawat ingatan! (*Millalolong)


Comments

Popular posts from this blog

ASAL MULA PESTA KACANG DI LAMAGUTE

  ASAL MULA PESTA KACANG DI LAMAGUTE Karya: Fransisco Emanuel Olaraya Witak Siswa Kelas IX SMPK. St. Pius X Lewoleba Sayembara dimulai, semua orang berusaha menebak apa nama pohon yang tumbuh di tengah kampung itu, ketika semua orang hiruk pikuk munculah salah satu pemuda dan mengacungkan tangannya, hendak menjawab sayembara itu. Ia pun diberi kesempatan untuk menjawab, dengan penuh rasa percaya diri ia melangkah ke depan berdiri di tengah namang dan berujar: “..........”. Tepatlah di sebuah perkampungan yang terletak di Pulau Solor Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur, nama kampung itu adalah Pamakayo. tumbuhlah sebuah pohon, pohon itu tinggi tak seberapa dan berkilauan daunnya. Semua warga di kampung itu tidak mengetahui nama pohon itu siapa yang menanamnya. Hanya ada satu orang saja yang mengetahui nama pohon itu, dia adalah Tuan Raja pemimpin kampung atau kepala kampung itu. Sebagai Tuan Raja, ia pun membuat sayembara untuk menebak nama pohon itu. Ia ...

Kan Tidak Enak Kalau Mati KonyolBercerita Yuk!

Kan Tidak Enak Kalau Mati Konyol Bercerita Yuk! Setiap perjalanan atau pengalaman  mempunyai kisahnya atau ceritanya sendiri-sendiri, ada cerita bahagia yang membuat kita tertawa bersama, ada cerita sedih yang membuat kita muram sembari meneteskan air mata dan kehilangan semangat, tetapi mesti kuat dan berdiri lagi, ada cerita menarik lainnya yang membuat kita terharu dan terus membekas di lubuk hati.  Sebuah kisah akan ada dan terus hidup kalau diceritakan dengan baik dari waktu ke waktu. Entahlah kalimat ini diucapkan oleh siapa pada mulanya, terima kasih kepada siapa yang pertama kali mengungkapkan kalimat ini.  Pada kali ini saya akan menulis sedikit pengalaman. Suka atau tidak suka yah silahkan, yang terpenting saya berusaha menulis walaupun tidak sempurna, agar saya tidak hidup sia-sia begitu saja makan-tidur-bangun-berak-mandi-bersolek-belanja, makan dan tidur lagi. Yah sudahlah. Jangan jadi bijaksana di sini. Setiap orang mempunyai caranya masing-m...