NOSTALGIA SABTU SANTO
April 15, 2017
TELAH KUHIRUP DALAM-DALAM NAMAMU
Entah ini disebut apa
Masih teringat baik dalam benak ku
Waktu itu sabtu santo tiga tahun yang lalu saya lupa tanggalnya.
Setelah selesai perayaan misa
Hujan turun,lebat sekali,dingin menyengat tubuh.
Menghalangi langkah saya untuk beranjak pulang.
Di luar sana hujan semakin deras saja.Mungkin dia(hujan) rindu untuk membasuh bumi.
Sedang dalam isi kepalaku sudah teringat kue mangkok buatan mama tadi soreh.
Setelah menunggu beberapa menit hujan semakin bersahabat,mungkin karena pepatah-pepitih tua yang dilontarkan dari mulut nenek-nenek disamping,pikirku
Saya pun memberanikan diri untuk keluar dan berjalan sambil berlari kecil, karena rintiknya masih saja terasa diantara orang-orang di jalan.
Di pinggir jalan terdengar bunyi burung hutan dan kodok-kodok yang kedinginan.
Mungkin di bawah tanah yang penuh lumpur cacing-cacing berkeliaran.
Dari kejauhan terdengar deru mesin Vespa tua.
Saya masih ingat betul derunya khas sekali, semacam suara abang Virgi Listanto dalam lirik-lirik lagu yang dinyanyikan menemani saya setiap hari.
Deru mesin itu lalu berhenti tepat disamping saya. Saya pun berhenti dari lariku tadi.
Ada sepasang mata menatapku.Damai,penuh sekali.
Ah, Jody! Aku sedikit kaget.
Napasku normal saja, tidak seperti menatapnya pertama kali bulan kemarin.
Lalu sambil berbisik dengan suaranya yang lembut "Dik, mari kaka antar"
Saya sedikit malu-malu tapi tidak menolaknya, karena sudah kedinginan dan takut masuk angin.Apalagi di jalan licin sekali.
Saya mengiakannya.Dalam perjalanan pulang bersamanya, tidak ada lagi pertanyaan ada apa denganmu,dan mengapa demikian?.
Dia hanya bertanya sedikit dimana nenekmu,saya bilang "nenek sedang tidak enak badan dia tak ikut denganku tadi".
Lalu kami masing-masing diam, suasana semakin dingin.
Hati terasa ikut membeku.
Setelah melewati beberapa tikungan, Kami memasuki lorong kecil dan berhenti di depan rumahku.
Saya turun lalu bilang padanya Terima kasih.Tiba-tiba dia meraih tanganku,mendekatkan wajahnya padaku. Napasnya terasa hangat,berat dan memabukan.Tak seperti napas ayahku.
Aneh,
Dia membungkuk lalu hendak mencium keningku.
Saya mengelak dan berkata
"Pulanglah dulu".
Dia pulang dan tak menemuiku lagi.Hingga di suatu petang dia menghubungiku via telepon lalu dia menceriterakan tentang peronda malam dan kejatuhannya bersama Grizelda.Perempuannya itu.
Jody,!
Telah kuhirup dalam-dalam namamu, bersama nyala lilin pembaharuan tadi di rumahNYA.
-Milla Lolong-
Comments
Post a Comment